Kelas : 3EA07
NPM : 11211800
Etika Bisnis dalam Perspektif Islam
Oleh:
Ahmad Dzawil Faza
(IsEF SEBI, Koordinator Komisariat Tangerang FoSSEI Jabodetabek)
Bisnis merupakan salah satu dari sekian jalan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Artinya Allah SWT telah memberikan arahan bagi hamba – Nya
untuk melakukan bisnis. Dalam Islam sendiri terdapat aturan maupun etika dalam
melakukan bisnis. Kita sudah diberikan contoh riil oleh Rasulullah
SAW.bagaimana beliau melakukan bisnis dengan cara berdagang. Bahkan hal
tersebut telah dilakukannya dari kecil ketika diajak pamannya Abu Thalib untuk
berdagang ke Syam. Dan dimana ketika seorang saudagar wanita kaya yakni Siti
Khadijah r.a mempercayai beliau untuk menjual dagangannya kepasar maka,
Rasulullah pun melaksanakannya dengan kejujuran dan kesungguhan.
Dalam
pandangan Islam terdapat aturan ataupun etika yang harus dimiliki oleh setiap
orang yang mau melakukan bisnis apalagi dia adalah seorang mukmin. Seorang
mukmin dalam berbisnis jangan sampai melakukan tindakan – tindakan yang
bertentangan dengan syariat. Rasulullah SAW.banyak memberikan petunjuk mengenai
etika bisnis, di antaranya ialah: Pertama,bahwa prinsip
esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam, kejujuran
merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasulullah sangat intens
menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Dalam tataran ini, beliau
bersabda: “Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai
aib, kecuali ia menjelaskan aibnya” (H.R. Al-Quzwani).Kedua, dalam Islam tidak hanya
mengejar keuntungan saja (profit
oriented) tapi, juga harus memperhatikan sikap ta’awun (tolong –
menolong) diantara kita sebagai implikasi sosial bisnis. Ketiga, tidak
melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad SAW sangat intens melarang para pelaku
bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi bisnis. Dalam sebuah
hadis riwayat Bukhari, Nabi bersabda, “Dengan melakukan sumpah palsu,
barang-barang memang terjual, tetapi hasilnya tidak berkah”. Dalam hadis
riwayat Abu Dzar, Rasulullah saw mengancam dengan azab yang pedih bagi orang
yang bersumpah palsu dalam bisnis, dan Allah tidak akan memperdulikannya nanti
di hari kiamat (H.R. Muslim). Keempat, bisnis dilakukan dengan suka rela,
tanpa paksaan. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil, kecuali dengan jalan
bisnis yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu” (QS. 4: 29).Kelima, bahwa bisnis yang
dilaksanakan bersih dari unsur riba. Firman Allah, “Hai orang-orang yang
beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman (QS. al-Baqarah:: 278)
dan masih banyak lagi etika ataupun petunjuk bisnis dalam Islam. Semua yang
disebutkan diatas harus benar – benar dilakukan agar apa yang kita lakukan
mendapat ridho- Nya.
Selain
kita berhubungan dengan manusia yang lain (hablum
minannas) kita juga harus menjalin hubungan dengan Sang Khaliq (hablum minallah),
sehingga dalam setiap tindakan kita merasa ada yang mengawasi yakni Allah SWT.
Keyakinan ini harus menjadi bagian integral dari setiap muslim dalam berbisnis.
Hal ini karena bisnis dalam Islam tidak semata – mata orientasi dunia tetapi
harus punya visi akhirat yang jelas. Dengan kerangka pemikiran seperti itulah
maka persoalan etika dalam bisnis menjadi sorotan penting dalam ekonomi
Islam. Dalam ekonomi Islam, bisnis dan etika tidak harus dipandang
sebagai dua hal yang bertentangan sebab, bisnis yang merupakan simbol dari
urusan duniawi juga dianggap sebagai bagian integral dari hal-hal yang bersifat
investasi akhirat. Artinya, jika oreientasi bisnis dan upaya
investasi akhirat (diniatkan sebagai ibadah dan merupakan totalitas
kepatuhan kepada Allah SWT), maka bisnis dengan sendirinya harus sejalan dengan
kaidah-kaidah moral yang berlandaskan keimanan kepada akhirat. Bahkan dalam
Islam, pengertian bisnis itu sendiri tidak dibatasi urusan dunia, tetapi
mencakup pula seluruh kegiatan kita didunia yang dibisniskan (diniatkan sebagai
ibadah) untuk meraih keuntungan atau pahala akhirat.
Jika
sekiranya kaum muslimin mengetahui dan memahami apa saja yang harus ada pada
pribadi pembisnis yang sesuai dengan dustur yang telah ada ( Al- Qur’an dan Al-
hadits), maka niscaya akan tercipta suasana yang harmonis serta akan terjalin
ukhuwwah Islamiyah diantara kita. Dan hanya kepada –Nya lah semua urusan
dikembalikan. Yaa Illaahi Anta maqshudi wa ridhooka mathlubi. Wallahua’lam.
………………………
Sinonim
1
Bisnis = Usaha
2
Suka = Senang
3
Rosululloh Saw=Nabi
4
Islam= Agama
5
Manusia = Orang
Antonim
1
Palsu >< Benar
2
Wanita >< Laki – laki
3
Pahala >< Dosa
4
Kecil >< Besar
5
Keuntungan >< Kerugian
Homonim
1
Bisa , Bisa ular
2
Abu , Abu gosok
Homofon
1
Yakin , Keyakinan
2
Kebutuhan Manusia , Kebutuhan Rakyat
3
Pandangan Islam , Pandangan Pertama
Homograf
1
Dunia , Akhirat
2
Tercipta , Tercipta Untukmu
3
Urusan Duniawi , Urusan Keluarga
Hipernim
1
ajab
2
Bisnis
3
Seorang
Hiponim
1
kubur
2
Ikan
3
Muslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar